Menjalin Komunikasi Efektif di Lingkungan Kerja
Posted by magangppkk
Mengapa harus komunikasi?
Pertanyaan semacam itu tidak seharusnya dipermasalahkan, karena dalam segala
hal kita memang sangat memerlukan komunikasi. Salah
satunya dalam hal pekerjaan. Analoginya, kehidupan tanpa komunikasi adalah
kehidupan tanpa air. Segala sesuatu akan mati.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Komunikasi bisa juga
berarti hubungan ataupun kontak. Manfaat
dari komunikasi sendiri adalah untuk berbagi informasi, ide, menyatakan sikap,
memotivasi, mengendalikan, dan juga sebagai representasi karakter dan kualitas
diri.
Komunikasi yang baik bukan
berarti sekedar banyak berbicara. Dalam komunikasi yang baik harus mengerti
tentang siapa yang kita ajak berkomunikasi. Selain itu, kita juga harus
membangun toleransi dan suasana yang nyaman dalam berinteraksi sehingga dapat
menyelesaikan masalah.
Perlu diketahui oleh semua
orang bahwa komunikasi tidak hanya menjadi pembicara yang baik, akan tetapi
kita juga harus menjadi pendengar yang baik. Apabila komunikasi berjalan tidak
seimbang, maka kegagalan komunikasi akan terjadi. Sebagai contoh, percakapan
antara dua orang yang sama-sama hanya ingin berbicara dan didengarkan tanpa mau
mendengarkan. Dalam hal ini artinya tidak ada penerima, padahal komunikasi
adalah hubungan antara pengirim dan penerima.
Sebelum menjalin komunikasi
yang efektif sebaiknya kita lebih dulu mengetahui tipe-tipe pengirim dan
penerima. Terdapat 3 tipe pendengar dalam komunikasi, yaitu passive
listening, attentive
listening, dan active listening. Begitu halnya dengan pengirim,
terdapat 3 tipe pengirim dalam komunikasi, yaitu aggressive, passive,
dan assertive.
Passive
listening adalah seseorang yang menyerap sebanyak mungkin informasi yang diterima tanpa berusaha untuk
memprosesnya. Passive listening berperan sebagaimana
sepon. Attentive
Listening adalah mereka yang
tertarik dengan informasi dari sender. Mereka gemar membuat asumsi sesuai dengan apa
yang diinginkannya, bukan dari apa yang sesungguhnya dikatakan
sender. Selain itu, mereka tidak
melakukan re-check informasi.
Tipe
pengirim aggressive adalah mereka yang bersifat menyerang
dalam berbicara, arogan, dan juga dominan. Tipe pengirim passive adalah
orang yang pemalu atau tidak percaya diri dalam berbicara, ketus, dan denial.
Sedangkan tipe pengirim assertive adalah mereka yang tegas,
jelas, dan nyata. Assertive memiliki peran sebagai gabungan
antara apa yang kita butuhkan dan apa yang orang lain butuhkan.
Orang yang berkomunikasi secara assertive menghargai percakapan yang produktif dalam tim
dan tak mengharapkan sekadar pujian belaka. Mereka bisa mengomunikasikan maksud
mereka tanpa menjadi agresif dan punya alasan yang jelas di balik setiap tindakannya.
Mereka juga terbuka terhadap kritik dan berorientasi pada tujuan.
Lingkungan kerja membutuhkan
komunikasi efektif, sehingga kita perlu menjadi pengirim yang assertive dan
pendengar yang active. Komunikasi efektif dapat menyelesaikan masalah dan mengembangkan kerja sama kelompok
karena adanya feedback antara pengirim dan penerima. Contohnya
dalam kerja sama tim seorang pemimpin memberikan arahan dan contoh kepada
bawahannya dengan memberikan penjelasan-penjelasan yang detil tanpa bersikap
arogan, selain itu pemimpin juga menerima dengan lapang kritik dan saran dari
bawahanya. Begitu pula sebaliknya, bawahan dapat mendengarkan
penjelasan-penjelasan tersebut dan menanyakan ataupun mengonfirmasi kembali apa
yang dilakukan kepada atasannya. Dengan begitu hubungan antara keduanya akan
terjalin hangat dan saling menghargai.
Dunia kerja akan membuat kita
bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Nah, dari sana kita
harus pintar-pintar memahami karakter mereka. Selain itu, kita harus memiliki
sifat terbuka terhadap kritik dan masukan dari rekan kerja kita. Dalam
komunikasi yang efektif, kita tidak boleh terbawa emosi jika ada rekan kerja
yang mengkritik kita. Jadikanlah kritikan
tersebut sebagai masukan untuk memotivasi dan memperbaiki diri.
Etika
pada saat berbicara adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara
dengan baik. Setelah itu kita wajib memberikan respon ataupun tanggapan
terhadap apa yang telah disampaikan oleh lawan bicara kita. Meskipun kita tidak
suka dengan lawan bicara, namun tetaplah tersenyum dan berikan tanggapan yang
positif.
Komunikasi yang efektif
pertama kali dapat dimulai dengan sikap murah senyum. Murah senyum
dapat menjadikan kita dipandang positif oleh rekan-rekan di kantor. Komunikasi
pun akan berjalan dengan efektif jika dilandasi rasa nyaman. Dengan memberikan
senyuman di awal percakapan akan membuat suasana pembicaraan menjadi lebih
santai dan lebih hidup.